Syi’ah (
Bahasa Arab:
شيعة,
Bahasa Persia:
شیعه) ialah
sekte dengan jumlah penganut terbesar kedua dalam agama
Islam, setelah
Sunni. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan penganut
Sunni, dan 10% penganut Syi'ah.
[1] Madzhab
Dua Belas Imam
atau Itsna Asyariyyah merupakan yang terbanyak jumlah penganutnya dalam
sekte ini, dan istilah Syi'ah secara umum sering dipakai merujuk pada
mazhab ini. Pada umumnya, Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga
Khalifah pertama, seperti juga Sunni menolak
Imamah Syi'ah setelah
Ali bin Abi Thalib. Madzhab Syi'ah
Zaidiyyah termasuk Syi'ah yang tidak menolak kepemimpinan tiga Khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Secara bahasa, kata "Syi'ah" adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamak-nya adalah "Syiya'an" (
شِيَعًا).
Syī`ī (Bahasa Arab: شيعي.) menunjuk kepada pengikut dari sekte tersebut.
Perangko Iran bertuliskan Hadits Gadir Kum. Ketika itu Nabi Muhammad menyebut Ali sebagai mawla.
Istilah
Syi'ah berasal dari
Bahasa Arab
(شيعة) "Syī`ah". Lafadz ini merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk
pluralnya adalah "Syiya'an". Pengikut Syi'ah disebut "Syī`ī" (شيعي).
"Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali"
(شيعة علي) yang berarti "pengikut Ali", yang berkenaan dengan turunnya
Q.S. Al-Bayyinah
ayat "khair al-bariyyah", saat turunnya ayat itu Nabi Muhammad
bersabda, "Wahai Ali, kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang
beruntung - ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun".
[2]
Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan
pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas
suatu perkara.
[3]
Adapun menurut terminologi Islam, kata ini bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa
Ali bin Abu Thalib adalah yang paling utama di antara para
sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.
[4]
Syi'ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring
dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana
Sunni juga mengalami perpecahan.
Muslim Syi'ah percaya bahwa
Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi'ah) adalah sumber pengetahuan terbaik tentang
Qur'an dan
Islam, guru terbaik tentang Islam setelah Nabi
Muhammad, dan pembawa serta penjaga tepercaya dari tradisi
Sunnah.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa
Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu
Muhammad dan kepala keluarga
Ahlul Bait, adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan
khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim
Sunni. Menurut keyakinan Syi'ah, Ali berkedudukan sebagai khalifah dan imam melalui washiat Nabi Muhammad.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Ahlus Sunnah menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan
Sunni dalam penafsiran
Al-Qur'an,
Hadits, mengenai
Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh
perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari
Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti
Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang
khalifah, Syi'ah mengakui otoritas
Imam Syi'ah (juga dikenal dengan
Khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa pengganti para Imam dan Imam saat ini.
Dalam Syi'ah, ada
Ushulud-din (perkara pokok dalam agama) dan
Furu'ud-din (perkara cabang dalam agama). Syi'ah memiliki lima perkara pokok, yaitu:
- Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.
- Al-‘Adl, bahwa Tuhan adalah Mahaadil.
- An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi'ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.
- Al-Imamah, bahwa Syiah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian.
- Al-Ma'ad, bahwa akan terjadinya Hari Kebangkitan.
Dalam perkara ke-
nabi-an, Syi'ah berkeyakinan bahwa:
- Jumlah nabi dan rasul Tuhan adalah 124.000.
- Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad.
- Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat
sedikitpun. Dia adalah nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang
pernah diutus Tuhan.
- Ahlul-Bait Nabi Muhammad, yaitu Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam
Hasan, Imam Husain dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain adalah
manusia-manusia suci sebagaimana Nabi Muhammad.
- Al-Qur'an adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.
Sekte-sekte Syiah:
Aliran Syi'ah dalam sejarahnya terpecah-pecah dalam masalah Imamiyyah.
Sekte terbesar adalah Dua Belas Imam, diikuti oleh Zaidiyyah dan
Ismailiyyah. Ketiga kelompok terbesar itu mengikuti garis yang berbeda
Imamiyyah, yakni:
Disebut juga Imamiyyah atau Itsna 'Asyariah (Dua Belas Imam) karena
mereka percaya bahwa yang berhak memimpin kaum Muslim hanyalah para Imam
dari Ahlul-Bait, dan mereka meyakini adanya dua belas Imam. Aliran ini
adalah yang terbesar di dalam Syiah. Urutan Imamnya adalah:
- Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
- Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
- Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
- Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
- Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
- Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
- Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
- Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
- Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
- Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
- Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Askari
- Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi
Zaidiyyah
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Zaidiyyah
Disebut juga Syi'ah Lima Imam karena merupakan pengikut Zaid bin 'Ali
bin Husain bin 'Ali bin Abi Thalib. Mereka dianggap moderat karena
tidak menganggap ketiga khalifah sebelum 'Ali tidak sah. Urutan Imamnya
adalah:
- Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
- Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
- Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
- Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
- Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, adalah anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.
Ismailiyyah
Disebut juga Syi'ah Tujuh Imam karena mereka meyakini tujuh Imam, dan
mereka percaya bahwa Imam ketujuh ialah Isma'il. Urutan Imamnya adalah:
- Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
- Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
- Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
- Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
- Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
- Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
- Ismail bin Ja'far (721 – 755), adalah anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan kakak Musa al-Kadzim.
Status
Indonesia
Di Indonesia,
Suryadharma Ali
selaku menteri agama, di gedung DPR pada 25 Januari 2012 menyatakan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Kementerian Agama menyatakan Syiah
bukan Islam, "Selain itu, Pengurus Besar
Nadhlatul Ulama
(PBNU) pernah mengeluarkan surat resmi No.724/A.II.03/101997,
tertanggal 14 Oktober 1997, ditandatangani Rais Am, M Ilyas Ruchiyat dan
Katib KH. Drs. Dawam Anwar, yang mengingatkan kepada bangsa Indonesia
agar tidak terkecoh oleh propaganda Syiah dan perlunya umat Islam
Indonesia memahami perbedaan prinsip ajaran Syiah dengan Islam. "Menag
juga mengatakan Kemenag mengeluarkan surat edaran no. D/BA.01/4865/1983
tanggal 5 Desember 1983 tentang hal ihwal mengenai golongan Syiah,
menyatakan Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran
Islam." Majelis Ulama Indonesia sejak lama telah mengeluarkan fatwa
penyimpangan Syi'ah dan terus mengingatkan umat muslim seperti pada
Rakernas MUI 7 Maret 1984
[5]
Selain itu, MUI Pusat telah menerbitkan buku panduan mengenai paham
Syi’ah pada bulan September 2013 lalu berjudul “Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”.
[6][7]
Malaysia
Pemerintah Malaysia menyatakan bahwa Syi'ah adalah sekte yang
menyimpang dari Hukum Syariat dan Undang–Undang Islam yang berlaku di
Malaysia, dan melarang penyebaran ajaran mereka di Malaysia.
[8][9]
Yordania
Pada Juli tahun 2005, Raja
Abdullah II dari Yordania
mengadakan sebuah Konferensi Islam Internasional yang mengundang 200
ulama dari 50 negara, dengan tema "Islam Hakiki dan Perannya dalam
Masyarakat Modern" (27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.) Di
Amman, ulama-ulama tersebut mengeluarkan sebuah pernyataan yang dikenal
dengan sebutan
Risalah Amman, yang menyerukan toleransi dan persatuan antar
umat Islam dari berbagai golongan dan mazhab yang berbeda-beda.
[10]
Hubungan Sunni-Syi'ah
Hubungan antara
Sunni dan Syi'ah telah mengalami kontroversi sejak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut
Bani Umayyah dan para pengikut
Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syi'ah dengan nama
Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna
meninggalkan.
[11]
Orang Islam menganggap
firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang
Yahudi bernama
Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap
Ahlul Bait, terlalu memuja-muji
Ali bin Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapatkan
kekhalifahan.
[12] Syi'ah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' adalah tokoh fiktif. Namun demikian,
An-Naubakhti
menganggap Abdullah bin Saba' benar ada, dan menuliskan hingga belasan
riwayat lengkap dengan sanad yang mutawatir bahwa Abdullah bin Saba'
ada.
Namun terdapat pula kaum Syi'ah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan
Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum
Ali bin Abi Thalib.--> Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan pertentangan di antara
para sahabat mengenai masalah imamah
Abu Bakar dan
Umar.
[13]
Istilah Rafidhah
- Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali adalah seorang yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, mencintai Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar.
Ia pun mengingkarinya, hingga akhirnya mereka (para pengikutnya)
meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?"
Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii".[15]
- Pendapat Ibnu Taimiyyah
dalam "Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah pasti Syi'ah,
sedangkan Syi'ah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syi'ah menolak
Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syi'ah Zaidiyyah.
- Abdullah bin Ahmad bin Hanbal
berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka
dia (Imam Ahmad) menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu
Bakar dan Umar'."[16]
- Pendapat juga diutarakan oleh Imam Syafi'i. Ia pernah mengutarakan pendapatnya mengenai Syi'ah dalam diwan asy-Syafi'i
melalui penggalan syairnya: "Jika Rafidhah itu adalah mencintai
keluarga Muhammad, Maka hendaknya dua makhluk (jin dan manusia) bersaksi
bahwa aku adalah seorang Rafidhi.", Dia juga berkata, "Mereka
mengatakan, ‘Kalau begitu Anda telah menjadi Rafidhi?’ Saya katakan,
‘Sekali-kali tidak… tidaklah al-Rafdh (menolak Khalifah Abu Bakar dan
Umar) itu agamaku, tidak juga keyakinanku." Imam Asy-Syafi'i berkata:
"Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah
palsu (berdusta) dari Syi’ah Rafidhah." () [17] (dikutip dari Wikipedia)