Thursday, February 9, 2012

Doa Para Nabi Berdasarkan Al-Qur'an

Nabi Adam dan Hawa as adalah manusia pertama yang ditempat kedalam Surga oleh Allah SWT dan diperintahkan oleh Allah untuk tidak memakan buah larangan yang ada di surga. Namun setan telah berhasil menggodanya sehingga keduanya mendapat  murka Allah SWT.. 
 
Allah swt berfirman kepada mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?(QS. Al-A’raf [7]: 22)

Dalam kondisi ini, nabi Adam dan Hawa as bertaubat dan mengangkat tangan sambil berdoa:
رَبّنا ظَلَمْنا أَنْفُسَنا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنا وَ تَرْحَمْنا لَنَكونَنَّ مِنَ الخاسِرينَ
“Keduanya berkata: Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 23.)



Nabi Ayyub adalah salah seorang nabi-nabi Allah yang karena kesabarannya menjadi contoh bagi orang di rundung 'kemalangan'. Allah swt telah menganugerahkan kepada nabi Ayyub berbagai kenikmatan dan beliau as pun melaksanakan ketaatan Ilahi dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Setan merasa hasud dengan penghambaan nabi Ayyub as dan mengatakan: Ya Allah, bila Ayyub mentaati seluruh perintah-Mu dikarenakan kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadanya, jika tidak maka ia tidak melakukan ketaatan.
Pada akhirnya situasi dan kondisi untuk menguji nabi Ayyub telah tiba dan beliau as mengalami ujian Ilahi.
Nabi Ayyub as mulai kehilangan harta benda, kekayaan dan anak-anak satu persatu. Pada seluruh tahapan ujian besar ini, kesabaran nabi Ayyub mengalahkan kejadian-kejadian dan bencana-bencana pahit yang menimpanaya dan ketika beliau as tidak memiliki apa pun lagi selain separuh dari jiwanya, beliau as berdoa dan berseru:
أَنّى‏ مَسَّنِىَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمينَ
“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang (QS. Al-Anbiya’ [21]: 83.)
Syaikh Thabarsi berkata: “Ucapan nabi Ayyub as ini adalah sebuah metafora lembut bagi para pencari hajat(Majma’ul Bayan, jilid 7, hal. 59.)
Pada ayat lain disebutkan bahwa nabi Ayyub as berkata demikian:
أَنّى‏ مَسَّنِىَ الشَيْطانُ بِنُصْبٍ وَ عَذابٍ
“Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan(QS. Shaad [38]: 41.)

Singkatnya, doa nabi Ayyub as terkabulkan, beliau as berhasil keluar dengan sukses dari ujian ini dan bagi setan dan para pengikutnya menjadi jelas bahwa nabi Ayyub as dalam kesenangan dan kesedihan, kekayaan dan kefakiran, kesehatan dan sakit senantiasa menyambah dan mencintai Allah swt.

Doa Nabi Nuh AS

Nabi Nuh as adalah salah seorang nabi Allah yang memiliki umur panjang sehingga umurnya menjadi perumpamaan.
Nabi Nuh as menyeru kaumnya untuk menyembah Allah swt dan makrifat, dan melarang mereka dari menyembah berhala dan kebodohan. Umat nabi Nuh as yang terbiasa dengan keyakinan-keyakinan nenek moyang mereka dan jauh dari berfikir dan merenung, mengancam nabi Nuh as: “Mereka berkata:
Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.(QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 116.)

Nabi Nuh as menengadahkan tangan dan berdoa:

رَبِّ إِنَّ قَوْمى‏ كَذَّبُونِ * فافْتَحْ بَيْنى‏ وَبَيْنَهُمْ فَتْحاً وَ نَجِّنى‏ وَ مَنْ مَعِىَ مِنَ المُؤمِنينَ
“Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku.” (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 117 – 118.)

Allah swt dalam al-Qur’an Karim berfirman: “Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan. Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.(QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 119 – 120.)

2) Di dalam al-Qur’an terdapat sebuah surat bernama surat Nuh dan seluruh isi surat ini berhubungan dengan kisah nabi Nuh as.
Allah swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih. Nuh berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. (QS. Nuh [71]: 1 – 4.)
Seruan dan tabligh ini tidak membangunkan kaum beliau as dan dengan alasan ini nabi Nuh as menyatakan kepada Allah swt sambil berkata: “Nuh berkata: Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.(QS. Nuh [71]: 5 – 12.)
Nabi Nuh as kemudian menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam penciptaan kepada mereka. Namun tetap saja mereka tidak sadar dan saling memesakan kepada sesama mereka supaya tidak berpaling dari berhala-berhala mereka. Mereka terjerumus ke dalam dosa-dosa dan pada akhirnya mereka menjadi penghuni neraka.
Pada kesempatan ini nabi Nuh as mengangkat tangan berdoa dan menyatakan kepada Allah swt:
رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الكافِرِينَ دَيّاراً * إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبادَكَ وَلا يَلِدُوا إِلّا فاجِراً كَفّاراً * رَبِّ اغْفِرْ لِى‏ وَلِوالِدَىَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِىَ مُؤْمناً وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِناتِ وَلا تَزِدِ الظّالِمِينَ إِلّا تَباراً
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang lalim itu selain kebinasaan(QS. Nuh [71]: 26 – 28.)
3) Allah swt dalam surat Al-Qamar berfirman: “Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: Dia seorang gila (kerasukan jin) dan dia sudah pernah diberi ancaman.(QS. Al-Qamar [54]: 9.)
Nabi Nuh as pun menengadahkan tangan dan berdoa kepada Allah swt:
أَنّى‏ مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
“Sesungguhnya aku ini adalah orang yang dikalahkan (dalam memberikan petunjuk kepada umat), oleh sebab itu tolonglah (aku)(QS. Al-Qamar [54]: 10).
4) Dalam surat Al-Mukminun ditegaskan:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?(QS. Al-Mukminun [23]: 23)
Dalam kondisi ini nabi Nuh as mengangkat tangan berdoa:
رَبِّ انْصُرْنى بِما كَذَّبُونِ
“Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku.
(QS. Al-Mukminun [23]: 26. Susunan kalimat ini terdapat dalam surat ini ayat 39 melalui lidah suci nabi lain dan nama nabi tersebut tidak disebutkan secara jelas. Sebagian meyakini nabi tersebut adalah nabi kaum ‘Ad yaitu nabi Hud as, dan yang lain menyatakan nabi kaum Tsamud yaitu nabi Saleh as.)
Allah swt berfirman: “Lalu Kami wahyukan kepadanya: Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan tannur telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Apabila kamu dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah:
اَلْحَمْدُ للَّهِ‏ِ الَّذى نَجَّينا مِنَ الْقَوْمِ الظالمِينَ * وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنى مُنْزَلاً مُبارَكاً وَأنْتَ خَيْرُ المُنْزِلينَ
“Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang lalim. Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat(QS. Al-Mukminun [23]: 28 – 29)
Nabi besar Islam Muhammad saw bersabda kepada Imam Ali as: “Wahai Ali! Setiapkali engkau turun di suatu tempat katakan:
اللّهمّ أنزِلني مُنْزَلاً مبارَكاً وأنت خير المنزِلين
karena kebaikan tempat tersebut akan menjadi bagianmu dan keburukannya akan menjauh darimu(Tafsir Ash-Shafi, jilid 3, hal. 399.)
Dalam hadis “400” yang Imam Ali as menjelaskan 400 ucapan pendek dalam sopan santun kehidupan dan penghambaan kepada para sahabat beliau disebutkan:(Al-Khishal, hal. 634) “Setiapkali kalian turun di suatu tempat katakanlah:
اَللَّهُمَّ أَنْزِلْنَا مُنْزَلاً مُبَارَكاً وَ أَنْتَ خَيْرُ المُنْزِلِينَ
5) Nabi Nuh as selama 950 tahun mentablighkan penyembahan kepada Yang Esa, kesucian dan kebenaran di tengah-tengah umat beliau, akan tetapi 10 abad tabligh dan dakwah tidak menyadarkan kaum yang terlelap dalam kebodohan dan membangunkan mereka, dan dari semua benih tauhid dan pengesaan Tuhan tidak bersinggah dan mekar selain sangat sedikit di hati yang lebih keras dari batu. Disamping itu, mereka mengolok-olok nabi Ilahi as dan menuduhkan tuduhan-tuduhan yang mereka sendiri layak menerimanya serta menganggap kaum Mukminin yang bersama beliau as sebagai manusia-manusia yang rendah…
Dengan latar belakang kemaksiatan dan kejahatan seperti inilah turun hujan yang sangat lebat dari langit dengan perintah Allah swt dan air bersumber dari bawah tanah serta seluruh tempat dilanda banjir dan topan.
Nabi Nuh as yang telah siap menghadapi persyaratan-persyaratan semacam ini dari sebelumnya berkata kepada kaum Mukminin dan orang-orang yang bersamanya supaya naik ke atas bahtera yang beliau buat dengan tangan beliau sendiri. Nabi Nuh ketika menaiki bahtera berkata:
بِسْمِ اللَّهِ مَجْريها وَمُرْسيها إِنَّ رَبّى لَغَفُورٌ رَحيم
“Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(QS. Hud [11]: 41)
 Ketika itu air dari langit dan bumi bertemu dan memenuhi semua tempat dan menelan orang-orang yang berbuat keji pada hari itu. Sementara itu nabi Nuh as dan orang-orang yang bersama beliau menaiki bahtera keselamatan dan bergerak di atas permukaan air. Ketika air memenuhi semua tempat dan menyeret seluruh orang yang tersesat dan keras kepala kepada kematian, dikeluarkan perintah Ilahi untuk penghentian hujan dan gumpalan air dari dalam bumi dan bahtera nabi Nuh as berlandas dengan tenang di atas gunung “Judiy”. Di tengah-tengah kejadian tersebut, ketika nabi Nuh as melihat puteranya yang tidak berada pada jalan yang benar berada di tengah orang-orang yang tenggelam mengangkat tangan sambil berdoa:
رَبِّ إِنَّ ابْنى‏ مِنْ أَهْلى‏ وَإِنَّ وَعْدَكَ الحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحاكِمينَ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku (dan Engkau telah berjanji menyelamatkankan keluargaku), dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya(QS. Hud [11]: 45)
Allah swt berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan(QS. Hud [11]: 46)

Nabi Nuh as sadar dan berkata:

رَبِّ إِنّى‏ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْئَلَكَ ما لَيْسَ لى بِهِ عِلْمٌ، وَإِنْ لا تَغْفِرْ لى وَتَرْحَمْنى أَكُنْ مِنَ الْخاسِرينَ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi(QS. Hud [11]: 47.)

No comments:

Post a Comment