Oleh: Ali S. Asani
Kemarin, tgl 18 Januri 2001 pukul 9-12 siang, Police
Inspector Imam Ezekil Pasha, Imam mesjid Malcom Shabbaz New
York, yang juga kini menjabat sebagai Head NYPD Chaplain,
mengadakan Forum Dialogue on Islam bersama Police Officers,
FBI dan CIA di kota New York.
Kesan yang timbul, kebetulan saya ikut menjadi salah
seorang nara sumbernya, bahwa betapa Islam lebih dikenal
sebagai sebuah "tradisi hidup" yang dipraktekkan oleh
berbagai manusia, dengan gaya dan pendekatannya
masing-masing. Islam masih kerap diidentikkan sebagai
agamanya orang-orang Arab. Seringkali diidentikkan sebagai
agamanya orang-orang Iran yang pernah menyandera para
diplomat Amerika. Seringkali diidentikkan sebagai agamanya,
kelompok Hizbullah di Libanon, dan kelompok Al Fatah di
Palestina.
Di mata mereka, Islam itu adalah apa yang tampak di
hadapan mata mereka. Dan ternyata, sebagai akibat perjuangan
keras anti Islam dan Muslim, mereka telah terkooptasi untuk
memahami Islam dari sudut-sudut yang kurang mengenakkan.
Pada forum itu dijelaskan segamblangnya makna dan
pengertian jihad. Bahkan menurut saya, jangankan non Muslim,
Muslim saja banyak yang salah faham dengan konsep
jihad.
Ternyata, pada acara itu dibagikan sebuah buku kecil "Kamus
istilah-istilah Islam". Setelah dibuka, ternyata buku yang
ditulis seorang Islam itu juga masih mengartikan jihad
sengan "holy war". Masya Allah. Betapa kita sendiri yang
memang jauh dari pemahaman ajaran agama kita yang
sesungguhnya.
Setelah semua presentasi selesai, termasuk menjelaskan
konsep jihad dalam Islam, barulah mereka sedikit menarik
nafas panjang, bahwa ternyata islam yang mereka fahami
selama ini tidak sesuai dengan Islam konsepsi Ilahi.
Saya tidak bermaksud membicarakan acara tersebut, karena
pesan sponsor agar kegiatan ini tidak perlu terlalu
menyolok. Maklumlah, kalau terlalu menyolok, pasti ada
pihak-pihak yang tidak senang di kota ini.
Yang jelas, sekembali dari acara tersebut, segera saya
buka Channel 7 News yang kembali membuka peristiwa pemboman
USS College di Yaman. Bahkan pada acara Prime News di malam
harinya digambarkan seolah kejadian itu mendapat legitimasi
dari keyakinan ummat Islam. Memang menyakitnya, tapi itulah
kenyataan, bahwa di saat kita berupaya membersihkan atau
minimal meminimumkan pandangan negatif terhadap ajaran hanif
ini, pada saat itu pula kita tertumbuk dengan situasi yang
telah dijalin dalam sebuah lingkaran syetan. Entah siapa
yang harus disalahkan. Yang jelas, tantangan ke depan bagi
kita untuk mencari jalan terbaik dari semua ini.
( Asani, Profesor di Harvard University, mengajar Bahasa
dan Kebudayaan Indo-Muslim. Menurut perkiraannya, hanya enam
atau tujuh profesor Muslim yang mengajar Islam di jurusan
agama uuniversitas-universitas terkemuka. Meski nenek
moyangnya berasal dari Asia Selatan, Asani dilahirkan di
Kenya. Pada 1973 dia masuk ke Amerika sebagai seorang
imigran.)
Asani, Profesor di Harvard University, mengajar Bahasa dan Kebudayaan Indo-Muslim. Menurut perkiraannya, hanya enam atau tujuh profesor Muslim yang mengajar Islam di jurusan agama uuniversitas-universitas terkemuka. Meski nenek moyangnya berasal dari Asia Selatan, Asani dilahirkan di Kenya. Pada 1973 dia masuk ke Amerika sebagai seorang imigran.
Asani, Profesor di Harvard University, mengajar Bahasa dan Kebudayaan Indo-Muslim. Menurut perkiraannya, hanya enam atau tujuh profesor Muslim yang mengajar Islam di jurusan agama uuniversitas-universitas terkemuka. Meski nenek moyangnya berasal dari Asia Selatan, Asani dilahirkan di Kenya. Pada 1973 dia masuk ke Amerika sebagai seorang imigran.
No comments:
Post a Comment